Assalamu'alaikum wr. wb..Selamat datang di blog hematologi, Semoga bermanfaat ya.. Terimakasih

Minggu, 20 Juli 2014

HEMOFILIIA

Hemofilia adalah penyakit perdarahan akibat kekurangan faktor pembekuan darah yang diturunkan (herediter) secara sex-linked recessive pada kromosom X. Meskipun hemofili merupakan penyakit herediter tetapi sekitar 20-30% pasien tidak memiliki riwayat keluarga dengan gangguan pembekuan darah, sehingga diduga terjadi mutasi spontan akibat lingkungan endogen ataupun eksogen.
 Sampai saat ini dikenal 2 macam hemofilia yang diturunkan secara sex-linked recessive yaitu :
  • Hemofilia A (hemofilia klasik), akibat defisiensi atau disfungsi faktor pembekuan VIII 
  • Hemofilia B (Christmas disease) akibat defisiensi atau disfungsi F IX
 Sedangkan hemofilia C merupakan penyakit perdarahan akibat kekurangan faktor XI yang diturunkan secara autosomal recessive pada kromosom 4q32q35.
Gen F VIII dan F IX terletak pada kromosom X serta bersifat resesif, maka penyakit ini dibawa oleh perempuan dan bermanifestasi klinis pada laki-laki dapat bermanifestasi klinis pada perempuan bila kedua kromosom X pada perempuan terdapat kelainan.

Gejala dan Tanda Klinis
Perdarahan merupakan gejala dan tanda klinis khas yang sering dijumpai pada kasus hemofilia. Perdarahan dapat timbul secara spontan atau akibat trauma ringan sampai sedang serta dapat timbul saat bayi mulai belajar merangkak. Manifestasi klinis tersebut tergantug pada beratnya hemofilia (aktivitas faktor pembekuan). Tanda perdarahan yang sering dijumpai yaitu berupa hemartrosis, hematom subkutan /intramuskular , perdarahan mukosa mulut, perdarahan intrakranial, epistaksis dan hematuria. Sering pula dijumpai perdarahan yang berkelanjutin pascaoperasi kecil (sirkumsisi, ekstraksi gigi. Hemartrosis paling sering ditemukan (85%) dengan lokasi berturut-turut sebagai berikut, sendi lutut, siku, pergelangan kaki, bahu, pergelangan tangan dan lainnya. Sendi engsel lebih sering mengalami hemartrosis dibandingkan dengan sendi peluru, karena ketidakmampuan menahan gerakan berputar dan menyudut pada saat gerakan volunter maupun involunter, sedangkan sendi peluru lebih mampu menahan beban tersebut karena fungsinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar