Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen carrying capacity). Secara praktis anemia ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit atau hitung eritrosit (red cell count). Tetapi yang paling lazim dipakai adalah kadar hemoglobin, kemudian hematokrit. Harus diingat bahwa terdapat keadaan-keadaan tertentu di mana ketiga parameter tersebut tidak sejalan dengan massa eritrosit, seperti pada dehidrasi, perdarahan akut dan kehamilan.
Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri (disease entity), tetapi merupakn gejala berbagai macam penyakit dasar (underlying disaase). oleh karena itu dalam diagnosis anemia tidaklah cukup hanya sampai kepada label anemia tetapi harus dapat ditetapkan penyakit dasar yang menyebabkan anemia tersebut.
PREVALENSI ANEMIA
Anemia merupakan kelainan yang sangat sering dijumpai baik di klinik maupun lapangan. Diperkirakan lebih dari 30% penduduk dunia atau 1500 juta orang menderita anemia dengan sebagian besar tinggal di daerah tropik. De Maeyer memberikan gambaran prevalensi anemia di dunia untuk tahun1985 seperti terlihat pada tabel:
LOKASI
|
ANAK 0-4 TAHUN
|
ANAK 5-12 TAHUN
|
LAKI DEWASA
|
WANITA 15-49 TAHUN
|
WANITA HAMIL
|
Negara maju
|
12%
|
7%
|
3%
|
14%
|
11%
|
Negara berkembang
|
51%
|
46%
|
26%
|
59%
|
47%
|
Dunia
|
43%
|
37%
|
18%
|
51%
|
35%
|
Untuk Indonesia, Husaini dkk memberikan gambaran prevalensi anemia pada tahun1989 sebagai berikut :
Anak prasekolah :20-40%
Anak usia sekolah : 25-35%
Perempuan dewasa tidak hamil :30-40%
Perempuan hamil : 50-70%
Laki-laki dewasa : 20-30%
Pekerja berpenghasilan renddah : 30-40%
Tidak ada komentar:
Posting Komentar